Jakarta – Umat Islam di seluruh dunia Minggu (11/8) di seluruh dunia merayakan Hari Raya Kurban 1440 H. Di Padang Arafah. Arab Saudi, umat Islam sedang melaksanakan wukuf sebagai rangkaian ibadah hajinya. Sementara, umat Islam di belahan bumi lain setelah puasa sehari menggelar kurban.
“Hari ini seluruh umat Islam bergembira. Karena yang di Arafah telah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, sementara umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia bergembira dengan memotong hewan kurban,” ujar Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Pendidikan Agama dan Dakwah, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc.
Menurut Chriswanto, kurban merupakan tekad umat Islam untuk meniru kesabaran dan keihklasan Nabi Ibrahim, yang bertahun-tahun tak bertemu anaknya, Nabi Ismail, lalu tiba-tiba diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya itu. Namun karena ketaatan, kesabaran, dan keikhalasan Nabi Ibrahim, Allah menggantikan tubuh Ismail dengan domba. Domba itulah yang kemudian disembelih.
Teladan ini dipelihara oleh Rasulullah dengan menekankan pentingnya berkurban, “Rasulullah bersabda, tak ada amalan yang lebih baik pada hari dibanding berkurban, amalan yang melebihi jihad mengorbankan harta, benda, dan nyawanya di medan perang melawan kemusyrikan,” ujar Chriswanto. Saat seorang muslim berkurban, sebelum darahnya menetes ke tanah, pahalanya sudah sampai kepada Allah.
“Setiap helai bulu, baik bulu yang halus dan kasar dari seekor hewan kurban adalah satu pahala,” ujar Chriswanto. Mulianya hari kurban dan pahalanya, membuat warga LDII berlomba-lomba untuk berkurban, “Dan tentu saja semangat berbagi. Inilah keadilan sosial yang diamalkan umat Islam, termasuk LDII,” ujar Chriswanto.
Pada 2018, keinginan yang kuat warga LDII untuk berkurban, dari data DPP LDII, warga LDII mengumpulkan sapi 19.582 ekor, kerbau 11 ekor, dan domba/kambing 19.309 ekor.
“Data yang kami himpun dari dari pengurus LDII se-Indonesia, per hari ini pukul 11.38 wib, jumlah kurban warga LDII seluruh Indonesia sebanyak 19.847 ekor sapi, 21 ekor kerbau dan 15.090 ekor kambing. Insya Allah masih akan bertambah lagi. Biasanya kami data akhir di sore hari. Angka ini diperkirakan tumbuh 10 persen pada 2019,” ujar Chriswanto.
Menurut Chriswanto, warga LDII taraf hidupnya sama dengan rakyat Indonesia pada umumnya. Banyak warga LDII yang hidupnya pas-pasan, namun keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad, menurut Chriswanto, menjadi pendorong untuk melaksanakan kurban.
Untuk mengakali keterbatasan ekonomi namun tetap bisa berkurban, warga LDII menabung, setahun lamanya sejak kurban dilaksanakan tahun lalu. Mereka menabung sehari Rp1.000-5.000 per hari. Sehingga sebulan bisa terkumpul 100.000 dan selama setahun bisa dibelikan seekor kambing. Tabungan itu dikoordinir oleh PC, PAC LDII dan majelis-majelis taklim.
Namun ada pula yang menggunakan sistem patungan, sehingga kurban bisa dilaksanakan oleh setiap warga LDII. Meskipun dari kalangan dhuafa. Chriswanto lalu menukil hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi Juz 3/141:
“Dari ibnu abbas dia berkata: Kami bersama Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam dalam sebuah perjalanan, lalu kami menjumpai hari raya kurban, maka kami bersyirkah 7 orang untuk satu ekor sapi dan 10 orang untuk satu ekor unta.”
Dalam hadist lain, bahkan satu umat atau kelompok masyarakat bersyirkah atau patungan untuk menyembelih seekor unta.
Semangat gotong-royong yang dipondasi rasa ikhlas, sabar, taat, dermawan, dan mencari rahmat inilah yang mendorong kenaikan jumlah hewan kurban yang dipotong warga LDII. Chriswanto berharap umat Islam di Indonesia melakukan hal yang sama, sehingga semua orang pada Hari Raya Kurban benar-benar bisa berbahagia karena dapat beramal yang terbaik di sisi Allah. [kim/*]