Detik-Detik “Proklamasi Kemerdekaan” dari Penjara Dunia
Innamal a’malu bikhowatimihaa ~ sesungguhnya amal yang menentukan sorga-neraka adalah akhirnya amalan. Bagaimana amalan – dan niatnya amalan – ketika maut menjemput?
Apakah mati dalam keadaan percaya (iman), tidak percaya (kafir) atau ragu-ragu (munafik)? Apakah mati sedang beramal sholih atau sedang berbuat maksiat? Padahal perintah Alloh walaa tamuutunnaa illa wa antum muslimuun ~ janganlah sekali-sekali mati kamu sekalian kecuali dalam keadaan Islam.Matilah dengan baik: husnul khotimah.
Bukan Happy Ending
Husnul khotimah tidak selalu happy ending atau akhir yang menyenangkan menurut ukuran manusia.
Syuhada perang Badar, dan banyak perang lainnya, semua mati penuh luka. Di perang Uhud, Hamzah ditombak seorang budak bayaran, dan jantungnya dimakan Hindun istri Abu Sofyan. Nabi mengirim 70 muballigh untuk dakwah di kaum Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushoyyah, semua dibunuh dan disisakan satu, itupun yang pincang. Di zaman Fir’aun, Masyitoh dan bayinya mati direbus.
Dalam ukuran manusia, itu semua sepertinya “bad ending” ~ akhir yang buruk, tetapi di sisi Alloh, itulah husnul khotimah, akhir yang baik.
Firman Alloh: walaa taquuluu liman yuqtalu fii sabiilillaahi amwaatun bal ahyaaun walaakin laa tasy’uruun ~ dan janganlah kamu mengatakan orang yang terbunuh didalam sabilillah itu mati, bahkan mereka hidup abadi tetapi kamu sekalian tidak menyadari.
Suu-ul Khotimah
Kebalikan dari husnul khotimah adalah suu-ul khotimah, alias akhir kehidupan atau mati dalam keadaan yang buruk.
Itulah yang menyebabkan mengapa kemana-mana perlu memakai jilbab. Sebab bukankah suu-ul khotimah kalau mayat muslimat disaksikan di luar rumah tidak menggunakan jilbab?
Itulah yang menyebabkan seorang anak harus setiap saat selalu memastikan dirinya diridloi kedua orang-tua. Sebab bukankah suu-ul khotimah kalau matinya ketika dalam keadaan dimurkai mereka?
Itulah yang menyebabkan jauhi indehoy, sebab bukankah suu-ul khotimah kalau matinya ketika berada dipelukan pasangan yang bukan mahromnya seperti yang sering diberitakan di media? Padahal di hadits disebutkan lebih baik kepala ditusuk dengan besi membara daripada menyentuh lawan jenis yang tidak halal baginya.
Dst, dst.
3 Pantangan Akbar
Tahun 80an pernah ada pitutur yang sangat menggembirakan tetapi juga mengerikan. Menggembirakan karena amalan sekecil apapun, ternyata bisa membawa ke sorga. Mengerikan karena amalan sebesar apapun, ternyata bisa berujung ke neraka. Kuncinya adalah di menjauhi 3 pantangan akbar berikut:
Pertama, jangan sampai murtad alias keluar dari Islam. Kedua, jangan sampai munafiq alias ragu-ragu tentang Islam. Ketiga, jangan sampai tidak karena Alloh.
Tentang Karena Alloh, sudah pernah dibahas di rubrik ini. Ancamannya neraka selama-lamanya.
Tentang munafiq, idem. Ancamannya: innal munaafiqiina fid darqi asfali minannaari ~ sesungguhnya orang munafiq itu menjadi keraknya neraka.
Tentang murtad, firman Alloh: wa man yartadid minkum ‘an diinihii fayamut wahuwa kaafirun fa ulaa-ika habitot a’maaluhum fid dun-yaa walaakhiroti wa ulaa-ika ashhaabunn naari hum fiihaa khooliduun ~ dan barang siapa yang murtad (keluar) dari agama Islam dan mati di dalam kekafiran maka lebur semua amalannya di dunia dan di akhirot dan mereka adalah ahli neraka di dalamnya kekal selama-lamanya.
Tentang murtad, sabda Nabi: al khowarij kilaabun naari ~ orang yang khoroja-keluar dari agama Islam menjadi anjingnya neraka.
Jika kemunafikan dan tidak karena Alloh itu sangat sulit kelihatan oleh orang lain, maka kemurtadan itu sangat jelas. Mengapa? Sebab ada garis demarkasi, garis pemisah yang tegas dari orang yang murtad. Dia sudah tidak bersama-sama kaum Muslimin lagi.
Orang murtad itu artinya orang yang sudah diberi hidayah, tetapi hidayahnya dicabut oleh Alloh. Mengapa dicabut? Mengapa keluar dari Islam? Tentu saja ada penyebabnya. Bisa karena jaminan “mie-instant” seumur hidup dari agama lain, atau bisa karena sebab-sebab yang lebih “canggih”.
Murtad = Wadal
Jika Tentara Nasional Indonesia mengatakan ‘Esa hilang dua terbilang’, lagu perjuangan Gugur Bunga mengatakan ‘Gugur satu tumbuh seribu’. Nah, untuk al-Murtadin wal Murtadun dan sejenisnya ini Alloh berfirman wayastabdil qouman ghoirukum ~ dan mengganti Alloh dengan 1 kaum yang lebih baik dari kamu.
Artinya? Di TNI mati 1 gantinya 2 tentara, laki. Di lagu Gugur Bunga mati 1 gantinya 1000 prajurit, laki. Di Islam 1 murtad gantinya kaum: laki-perempuan. Beranak-pinak. Itulah wadal: 1 murtad, se RT insaf. Se RT murtad, se RW insaf.
Belum lama ini Vatikan merilis laporan bahwa jumlah ummat Islam di seluruh dunia sudah melampaui jumlah ummat Katolik, ummat yang sudah ratusan tahun terorganisasi sangat rapi di seluruh dunia dibawah pimpinan Paus. Bagi kita, itu tentunya janji Alloh tentang ayat wadal. Tetapi didalam laporan Vatikan, penyebabnya karena orang Islam itu, katanya, doyan beranak banyak.
Hafidz Taurat, Ring-1
Bagi yang pernah melaksanakan haji masyian menempuh Makkah-Arofah-Makkah dengan berjalan kaki bisa merasakan bagaimana beratnya menjadi “pengungsi”. Nah, bagaimana rasanya kalau “mengungsi” dalam waktu yang sangat lama?
Itulah yang terjadi dengan Nabi Musa ketika membawa kaumnya mengungsi dari kejaran Fir’aun dan tidak bisa menemukan kota tujuan Baitul Maqdis, karena do’a seorang ulama yang hebat ilmunya, hafidz Taurat. Tidak tanggung-tanggung: tersesat selama 40 tahun! Akhirnya Bal’am bin Bauro sang pendo’a, mati dalam keadaan suu-ul khotimah. Mati dalam keadaan lidah menjulur.
Suatu ketika turun penyakit too’un: pagi sakit sore mati, sore sakit pagi mati. Selidik punya selidik, rupanya gara-gara salah satu panglimanya, yang berada di Ring-1, berbuat zina. Maka tanpa ba-bi-bu lagi Musa mencopot sang panglima. Bukan pangkatnya, melainkan kepalanya. Panglima suu-ul khotimah, penyakit fatal pun hilang.
Rupanya kemurtadan itu tidak melihat tingginya ilmu, tingginya pangkat.
Mengikat Keimanan
Apa penyebab murtad? Ya hidayahnya lepas. Bagaimana menghindarinya? Ya diikat dengan kuat. Sekuat-kuatnya.
Bersyukurlah, selama 4 bulan berturut-turut majelis-majelis ta’lim mengkaji dalil-dalil Al-Quran dan Al-Hadits tentang bagaimana caranya mengikat keimanan. Rubrik ini terlalu pendek untuk menjelaskannya. So, silahkan datangi para muballigh-muballighot terdekat agar diperoleh ilmu yang paripurna tentang bagaimana caranya mengikat keimanan ini.
Visualisasi model husnul khotimah mungkin ada di AAC: Maria yang Kristen Koptik, tetapi jelang akhir hayatnya mengucapkan dua kalimah syahadat, tayamum, dan roh nya dijemput Malaikat Izroil di rakaat pertama, diiringi sayup-sayup alunan syairan:
Alloohummagh firlanaa ~ Ya Alloh ampunilah hamba
Ya Ghoffar ~ Wahai Dzat Yang Maha Pengampun
Allohummaf tahlanaa abwaabar rohmah ~ Ya Alloh bukakan bagiku pintu rohmat
Alloohummaftahlanaa abwaabal barokah ~ Ya Alloh bukakan bagiku pintu barokah
Abwaaban ni’mah abwaabal quwwah ~ Pintu kenikmatan, pintu kekuatan
Wa abwaabal khoirot ~ Dan pintu akhirat
Alloohummagh firlanaa ~ Ya Alloh ampunilah hamba
Ya Ghoffaar ~ Wahai Dzat Yang Maha Pengampun.
Hidup hanya sekali. Detik-detik “Proklamasi Kemerdekaan” dari penjara dunia datang setiap saat. Tanpa pemberitahuan. Bagi yang sudah mendapat hidayah pilihannya hanya dua: husnul khotimah masuk sorga, atau suu-ul khotimah jadi kerak atau herder-nya neraka. Mau pilih mana? Fa aina tadzhabuun?
Ir.H. Teddy Suratmadji, MSc.