Cegah Maraknya Hoax, LDII Inisiatif Buat Protokol Media Sosial Islami

Jakarta – Jumlah pengguna internet di seluruh Indonesia kini telah mencapai 136 juta orang, sedangkan pengguna Facebook sendiri telah menyentuh angka 88 juta orang. Seiring dengan besarnya angka pengguna internet, maka peluang penyebaran berita palsu atau hoax terbuka lebar.

Hal itu diungkapkan Ketua DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan Hidayat Nahwi Rasul saat menjadi narasumber pengajian rutin DPD LDII Makassar di Masjid Raudhatul Jannah, Jalan Berua Raya, Makassar, Sulawesi Selatan.

Menurut Hidayat, hoax yang tersebar di media sosial adalah bagian dari perang proksi. Selain itu, hoax dijadikan sebagai alat untuk mengadu domba. “Bangsa ini sedang di adu domba. Akibatnya, kita saling melecehkan karena hoax,” ujar anggota White List Nusantara Kemkominfo ini.

Pihaknya mengatakan, LDII mengajak warganya agar santun dan produktif di media sosial. “Warga LDII jangan menyebar berita bohong. Baca berulang-ulang sebuah informasi sebelum menyebarkannya,” kata pria yang juga aktif sebagai Ketua Forum Telematika Kawasan Timur Indonesia (KTI) ini.

Ia mengingatkan, sebuah informasi yang telah disebar di media sosial, tidak akan bisa dihapus. “Ada yang disebut jejak digital. Yang menjadi persoalan adalah jika penyebar hoax telah meninggal dunia, sedangkan pesannya telah menjadi viral,” tuturnya.

Untuk itu, kata Hidayat, LDII mendorong penerapan protokol media sosial yang islami. “Informasi hoax adalah sumber perpecahan. Karena itu, harus mengedepankan klarifikasi atau tabayyun,” ujar pakar telematika ini.
Pihaknya mengingatkan dampak buruk informasi palsu yang beredar. “Jika kita salah mengkonsumsi obat, maka bisa berobat ke dokter. Namun, jika salah mengkonsumsi informasi, maka gaya hidup bisa berubah menjadi hedonis,” katanya.

Senada dengan Hidayat, pengajar Ponpes Raudhatul Jannah, Ustadz Abdul Muhsin mengajak peserta pengajian LDII meningkatkan ibadah pada 2017. “Orang yang cerdas adalah orang mengoreksi diri dan yang beramal sebagai bekal untuk kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan mendapat ampunan Allah SWT,” ujarnya. (wicak)

Related posts

Leave a Comment