Bantaeng – “Semua komponen bangsa harus ikut terlibat dalam sistem pertahanan negara. Sebab, ditengah gejolak globalisasi, ancaman perang proksi (proxy war) semakin nyata. Jangan ragu-ragu untuk ikut berkontribusi pada bangsa dan negara ini. Semua pihak berhak dan wajib untuk ikut membela negara, termasuk LDII,” ungkap Kasdam VII Wirabuana Brigjen TNI Supartodi saat menyampaikan materi proxy war di lokakarya kemaritiman kerjasama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan, Pemerintah Kabupaten Bantaeng, dan Kodam VII Wirabuana di Balai Kartini, Jalan Kartini, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2016).
“Perang proksi adalah sebuah konfrontasi antara dua atau lebih kekuatan besar yang menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik yang beresiko kehancuran fatal,” tegas jenderal bintang satu, lulusan akademi militer 1985 ini.
Dalam acara ini, hadir Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Ketua LDII Sulawesi Selatan Hidayat Nahwi Rasul, Danrem 141 Toddopuli Kol Kav Yotanabey, dan Dandim 1410 Bantaeng Letkol Inf Sandi Kamidianto. Lokakarya kemaritiman yang diikuti pengurus LDII se-Sulawesi Selatan ini bertajuk “Mendorong Kesejahteraan dan Keamanan Wilayah Pesisir”.
Pihaknya mengemukakan, untuk menghadapi ancaman perang proksi, Indonesia menganut sistem pertahanan yang bersifat semesta. “Semua masyarakat ikut, siapapun dia. Sistem pertahanan semesta adalah sistem pertahanan yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya yang telah dipersiapkan secara total, terarah, dan terpadu untuk menjaga kedaulatan negara.”
Ihwal ancaman di bidang ideologi, kata Supartodi, saat ini muncul gerakan konspiasi untuk membangkitkan paham komunis. “Masih adanya upaya menumbuhkan ideologi komunis yang membonceng gerakan separatis, paham liberalisme, dan kapitalisme yang bertentangan dengan pancasila,” ujarnya.
Bentuk nyata penyebaran paham komunis, kata Supartodi, ditandai dengan munculnya pihak yang mengenakan kaos PKI. “Komunisme tidak memiliki ideologi yang kuat. Karena komunis menghalalkan segala cara dan tidak memiliki ajaran penumbuh moral bangsa, maka kita harus melawannya,” katanya.
Lokakarya ini membahas isu strategis terkait sejarah dan inovasi di bidang kemaritiman dengan menghadirkan guru besar sejarah maritim Universitas Diponegoro Singgih Tri Sulistiyono. Turut memberikan pembekalan dewan pakar LDII Basseng, Iskandar Siregar, dan Abri.
Menurut panelis lokakarya Basseng, hasil rekomendasi lokakarya akan disampaikan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (*)