Sukabumi – Kegiatan pemantauan hilal 1 Safar 1447 Hijriyah telah dilaksanakan pada Jumat (25/7/2025) di Pos Observasi Bulan (POB) Cibeas, Sukabumi. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan awal bulan Safar dalam kalender Hijriyah melalui metode rukyatul hilal, yakni pengamatan langsung terhadap bulan sabit muda setelah matahari terbenam.
Dalam kegiatan ini, Tim Hilal LDII Kota Bekasi turut terlibat secara aktif sebagai bagian dari tim pemantau gabungan. Kehadiran mereka menandai partisipasi organisasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan rukyatul hilal yang akurat dan ilmiah. Tim LDII bekerja bersama dengan unsur Kementerian Agama, tokoh masyarakat, serta pengamat falak lainnya untuk memastikan proses berjalan sesuai standar.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh dan pejabat, di antaranya H. Dwi Pramono, Lc., M.Si., H. Budi Raharjo, Aji Presetyo, Achmad Taufik, serta para pengurus internal dan tokoh masyarakat setempat. Observasi dilakukan pada tanggal 29 Muharram 1447 H atau bertepatan dengan 27 Juli 2025, setelah terbenamnya matahari.
POB Cibeas dipilih karena memiliki lokasi strategis dengan cakrawala barat yang terbuka dan minim gangguan visual, seperti gedung atau pepohonan. Kondisi tersebut mendukung visibilitas hilal secara maksimal. Pengamatan dilakukan menggunakan teleskop dan alat bantu optik, namun tetap disertai metode mata telanjang sesuai ketentuan rukyat.
Menurut keterangan tim teknis, hasil pengamatan akan menjadi acuan resmi penetapan awal bulan Safar oleh pemerintah. Jika hilal berhasil terlihat, maka 1 Safar 1447 H jatuh pada keesokan harinya. Jika tidak, maka bulan Muharram akan digenapkan menjadi 30 hari. Penetapan ini penting untuk menjaga keseragaman kalender Islam nasional.
Selain sebagai instrumen penentuan awal bulan, kegiatan ini juga berperan sebagai sarana edukasi publik mengenai pentingnya rukyatul hilal dalam sistem penanggalan Hijriyah. Keterlibatan berbagai elemen masyarakat, termasuk Tim Hilal LDII Kota Bekasi, menunjukkan sinergi positif antara pemerintah, ormas, dan komunitas ilmiah dalam mendukung pelaksanaan ibadah yang tepat waktu dan terukur secara ilmiah.
Meskipun potensi kendala seperti cuaca mendung tetap menjadi pertimbangan, kegiatan pemantauan tahun ini berjalan lancar sesuai dengan protokol yang ditetapkan. Tim berharap hasil yang diperoleh dapat memperkuat akurasi serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses penentuan awal bulan Hijriyah.(Roz)