Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta menyelenggarakan acara Konferensi Islam Internasional Jakarta atau lebih dikenal Jakarta International Islamic Conference (JIIC) di Hotel Mercure, Jakarta pada Selasa (29/11).
Acara tersebut bertajuk tentang “Tantangan dan Solusi Dakwah Islam di Berbagai Ibu Kota Negara”. Ulama-ulama dari 16 negara menghadiri acara tersebut untuk merumuskan permasalahan yang dihadapi umat Islam terkini. Acara ini merupakan catatan sejarah dalam perjalanan MUI DKI Jakarta, karena untuk pertama kalinya, ormas Islam tersebut menyelenggarakan konvensi untuk pertama kali.
Menurut Ketua Panitia JIIC Robi Nurhadi, konferensi JIIC merupakan inisiasi pertama dalam sejarah MUl DKI Jakarta. Sebagai upaya memelopori sebuah prakarsa Jakarta untuk pembangunan model dakwah yang moderat. Model dakwah tersebut juga bisa digunakan untuk ibu kota dan kota-kota besar di negara lainnya.
Tantangan dakwah di Indonesia saat ini tidak hanya sekedar memberikan ceramah, tausiyah dan dakwah di majelis ta’lim, masjid dan musholah tetapi kita harus memikirkan bagaimana strategi dakwah para ulama dalam mengatasi persoalan umat Islam yang terancam dapat membuat perpecahan antar umat beragama bahkan antar umat islam di masing-masing negara.
“Strategi dakwah seperti apakah yang seharusnya dilakukan para ulama guna memajukan umat Islam di masing-masing negaranya,” kata Robi setelah membuka acara JAIIC pada Selasa (29/11) malam.
Para ulama dan da`i di berbagai Ibu Kota juga harus menghadapi tantangan yang berat tentang perkembangan teknologi dan informasi berupa aktivitas umat manusia di media sosial. Acara ini akan menjadi momentum tepat untuk berdiskusi antar negara yang memiliki penduduk Islam.
“Jadikan forum ini menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam di Indonesia untuk bekerja sama dengan negara-negara lain,” ujar Robi.
Salah satu masalah besar yang dihadapi umat Islam saat ini adalah munculnya kelompok-kelompok radikalisme di berbagai negara.
Perkembangan radikalisme dan ekstrimisme yang berkembang di seluruh dunia saat ini, pada umumnya menjadikan Ibu Kota sebagai basis dakwah dan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan seperti Jakarta, Paris, Istanbul dan berbagai Ibu kota lainnya. MUI ingin merespon problematika itu dengan menggelat JIIC.
“Kami selaku MUI Jakarta ingin merespon dengan cara mematahkan stigmasisasi bahwa Islam itu tidak bisa dilihat dari satu jendela namun harus dari semua jendela, tidak bisa hanya karena ada orang berlabel Islam melakukan radikal maka dunia mengatakan itulah Islam, maka kami menolak,” tambah penulis buku After New Paradigma tersebut.
Dalam acara ini Ketua DPW LDII Provinsi DKI Jakarta Teddy Suratmadji ikut berkontribusi dalam acara Jakarta International Islamic Conference (JAIIC) sebagai Sekretaris Organizing Committee. “Kami dipercaya menjadi Sekretaris Organizing Committee dalam acara ini dan kami memiliki ide mengahadirkan lagu Indonesia Raya dalam pembukaan acara JIIC ini,” ungkap Teddy Suratmadji usai penutupan acara JAIIC Selasa malam. [wicak/niko/lines]